Translate

Sabtu, 31 Desember 2016

polisi Indonesia



Polisi indonesia terhebat di dunia

Ketika aksi teror terjadi dimana-mana, diseantero dunia- kemampuan polisi Indonesia dalam membekuk teroris sebelum beraksi-sungguh hebat. Meski demikian, banyak juga oknum yg meragukannya. Nyinyir. Bahkan ada yg keji menyebut penangkapan teroris itu sebagai “rekayasa” dan “aksi mengalihkan isu”.
Umumnya lontaran sinisme dan nyinyir itu datang dari para politisi dari partai yg kalah pilpres 2014 lalu- tokoh oposisi, pengamat yg tersingkir, dan para pendukungnya di media sosial. Mereka masih juga belum bisa “move on”-belum legowo.
Coba bandingkan dengan Jerman, yg kecolongan hingga teroris menyabot truk dan menabrak pasar, menewaskan banyak  warga tak berdosa. Menjelang natal dan thn baru ini. Di Brusel-Belgia, beberapa waktu lalu, bom meledak di bandara. Di Paris ada penembakan di kantor tabloid. Di China tukang jagal mengamuk di stasiun kereta api. Dan di Amerika- negeri yg terkenal canggih pengamanannya- bom panci meledak di tengah acara marathon, sehingga mendapat ekspose dunia.
Saya sering gemas melihat suara-suara sumbang kepada polisi anti teror kita, Densus 88-yg telah bersusah payah mencegah aksi terorisme. Padahal mengusut kasus terorisme seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami. Dan teroris selalu belajar dari kesalahan  aksi-aksi sebelumnya sehingga terus mengubah modus, strategi, meski kemudian mudah terbaca juga.
Jelas sekali diantara kita ada sekelompok”nyinyires”, yg suka mencari-cari kesalahan. Kalau aksi teroris digagalkan, mereka menuding “rekayasa”-“sandiwara”. Kalau gagal, “polisi kebobolan”. Lalu menyalahkan aparat aparat lagi. Ujungnya mendesak Presiden memecat kapolda dan kapolri.
Dalam suasana yg relatif tenang, banyak elite kita yg hatinya masih diliputi kebencian, dengki, tak bisa menerima kekalahan dlm pertarungan di panggung demokrasi. Mereka terus merawat kebencian, dan sibuk mencari-cari kesalahan untuk menyudutkan pemerintah dan lawan politik.
Kita sepakat untuk memperjelas perbedaan mana kritik dan fitnah. Terhadap kritik kita terima. Tapi fitnah dan “hoax” wajib diproses. Setiap pernyataan yg meresahkan publik, wajib dipertanggung jawabkan. Bahkan oleh oleh anggota DPR yg merasa punya kekebalan sekalipun.
Kita dukung, ketegasan Bareskrim Polri yg tegas memnggil siapa saja yg bersuara sumbang, cenderung memfitnah, dalam rangka memelihara semangat korps yg telah menyabung nyawa untuk membekuk teroris dan melindungi masyarakat.
Jangan biarkan rakyat mengunyah info plintiran, kebencian dan prvokasi atas nama kritik dan kebebasan berpendapat.
Kita sering dikecewakan oleh polisi untuk banyak hal. Kredibilitas Polri masih rendah. Tapi untuk Densus Antiteror, obyektif lah, KITA TERHEBAT DI DUNIA.

Dimas (seorang jurnalis)

Tidak ada komentar: