Apakah daun yg gugur dari pohon di musim salju merasa
dikalahkan oleh hawa dingin?.
Kata pohon kepada daun, “demikianlah siklus kehidupan. Kau
pikir dirimu akan mati, tetapi nyatanya kau tetap hidup di dalamku. Berkat
dirimu, aku bisa bernapas dan hidup. Berkat dirimu pula aku merasa dicintai,
sebab aku sanggup memberikan naungan kepada pengelana yg kelelahan. Getahmu ada
di dalam getahku, kita berdua satu.”
Jelaslah dengan demikian, bahwa daun yg gugur lepas dari
dari ranting, melayang-layang tak berdaya dipermainkan angin, dan akhirnya
jatuh menyentuh bumi, bukanlah sebuah kekalahan. Ia telah berjuang keras,
mengerahkan seluruh dayanya, demi keberlangsungan hidup pohon. Pengorbanan
dirinya tak kepalang tanggung, warna diri yg semula hijau, berubah menjadi
kuning, dan akhirnya kecoklatan.
Dalam siklus alam,tak ada kemenangan maupun kekalahan, yg
ada hanyalah pergerakan. Musim dingin berjuang keras untuk mempertahankan
kekuasaan. Akan tetapi, akhirnya harus tunduk pada musim semi yg datang. Musim
semi pun harus menghentikan keindahannya karena datangnya musim gugur, yg akan
segera digantikan musim dingin kembali.
Demikian pula matahari. Ketika pagi hari ia terbit dari ufuk
timur, dan sepanjang hari memperlihatkan keperkasaan dan kekuasaannya,
menumpahkan panasnya ke bumi, pada saatnya harus tenggelam pula. Ketika senja
telah tiba, ia harus tenggelam ditelan bumi, dan kegelapan yg menggantikannya.
Ada bulan dan bintang tergantung dilangit, tetapi mereka tidak juga mampu
memberikan terang yg sempurna pada bumi. Bahkan, sinar bulan, tak mampu
menembus lebatnya daun.
Itulah hukum alam, ada awal ada akhir. Ada pagi ada sore.
Ada siang ada malam. Semua berjalan sebagaimana waktunya. Untuk segala
sesuatu ada masanya, untuk apapun di
bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal,
ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yg ditanam, ada waktu untuk
membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan, ada waktu untuk merombak, ada waktu
untuk membangun, ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu
untuk meratap, ada waktu untuk menari, ada waktu untuk membuang batu, ada waktu
untuk mengumpulkan batu, ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri
dari memeluk, ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi, ada waktu
untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang, ada waktu untuk mengasihi, ada waktu
untuk membenci,ada waktu untuk perang,ada waktu untuk damai.
Demikian pula kekuasaan. Kekuasaan itu ada batasnya. Dalam
negara demokrasi, jelas, ada pembatasan kekuasaan. Hanya saja kerap terjadi, pemegang kekuasaan
cenderung lupa diri, lupa batasan, dan yg lebih buruk adalah mabuk kekuasaan.
Karena, kekuasaan memberikan peluang bagi seseorang yg memegang kekuasaan untuk
mendapatkan segala-galanya dalam kehidupannya, kehormatan, status sosial,
uang,dan juga kenikmatan hidup. Mungkin karena begitu sentralnya kekuasaan
dalam kehidupan masyarakat, maka kekuasaan itu diburu dengan mengerahkan segala
daya dan upaya, segala nalar-budinya, dan kalau perlu menghalalkan segala cara
Dari sebuah sumber(sory lupa)
Dari sebuah sumber(sory lupa)