Translate

Sabtu, 28 Januari 2017

DEMI TAHTA JAKARTA RELA MENJADI SENGKUNI



Apakah kesaktian akan berjaya sepanjang waktu..?  mungkin tidak,  kesaktian bukan segalanya, sebab selalu ada saat apes pada setiap orang, sesakti apapun dia,  Dan, di alam nyata, sangat banyak contoh yang lebih dramatik, melebihi para sakti yang berguguran dalam Baratayuda. Lalu,saya melihat demo  kemaren, demo yang disuarakan ribuan orang di depan Polda Metro. Mereka membela panutannya, tokoh  yang menurut mereka dicari-cari kesalahannya.  Sebuah drama yang semakin memanaskan hajatan Pilkada Jakarta, yang tentu saja tidak berdiri sendiri. Sebab, yakinlah, ada tokoh-tokoh tak tampak dibalik semua ini. Tokoh yang(belum tentu baik) yang saling bersaing memenangkan pertarungan merebut tahta Jakarta.
Lalu, saya membayangkan Pilkada Jakarta yang dikelilingi HOAX. Semua orang saling menyerang lewat berita bohong tanpa takut mendapat balasan setelah pesta Pilkada usai. Siapapun kelak yang akan memenangi pilkada, yakinlah akan membalas semua fitnah yang ditujukan kepadanya, disadari atau tidak, disengaja atau yang tidak sengaja. Akankah, kita terjebak pada situasi seperti Harya Suman(nama lain dari Sengkuni) yang  senang memfitnah sehingga dikutuk Gandamana mati secara keji karena tubuhnya dibelah-belah oleh Bimasena dalam Baratayuda dalam akhir perjalanan hidupnya..?